Skip to main content

Kansei Engineering Untuk Desain Produk Berorientasi Perasaan Manusia

Kansei Engineering

Pada artikel ini, penulis akan memaparkan sebuah tinjauan sederhana mengenai Kansei engineering untuk desain produk industri yang berorientasi perasaan manusia.
Istilah Kansei berasal dari bahasa Jepang yang bisa didefinisikan sebagai perasaan psikologis manusia. Suatu ilustrasi sederhana berikut diharapkan bisa memberikan deskripsi singkat tentang apa Kansei itu sendiri.
Bayangkan jika anda ingin memesan sebuah kue ulang tahun disebuah toko untuk salah seorang anggota keluarga anda. Yang pertama anda lakukan adalah mencicipi sample kecil produk kue ulang tahun tersebut. Ketika anda memandang pertama kali, terasa begitu indah hiasan dan dekorasi kue tersebut. Ketika anda sentuh krim tartnya terasa begitu lembut. Ketika anda mencicipi sepotong kue tersebut, anda merasakan rasa yang lezat, manis dan begitu legit di lidah. Faktor pandangan, sentuhan dan indera rasa tersebut dapat dikategorikan sebagai parameter Kansei. Semua parameter ini merupakan perasaan psikologis manusia yang sangat menentukan dan berperan dalam mengambil keputusan apakah anda bersedia membeli kue tart tersebut atau haruskah memilih sample kue lain yang lebih memberikan kepuasan bagi perasaan psikologis anda?.
Istilah Kansei kemudian diterjemahkan dalam sebuah metode keteknikan bernama Kansei Engineering. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Mitsuo Nagamachi (Nagamachi,1995) sebagai sebuah metode keteknikan yang baru dalam desain dan pengembangan produk industri yang berorientasi perasaan manusia. Kansei engineering dapat didefinisikan di Figure 1 sebagai metode keteknikan untuk menerjemahkan perasaan psikologis menjadi parameter desain sebuah produk. Parameter desain produk ini sebagai acuan bagi industri untuk memproduksi produk berkualitas dengan ukuran kuantitatif proses produksi yang tepat.
Figure 1. Diagram Metode Kansei Engineering (Nagamachi, 1995)
Didalam sebuah industri, parameter Kansei merupakan hal yang sangat krusial untuk mendesain produk. Sehebat apapun produk yang didesain, tes dan ciptakan, tidak akan berguna, jika produk tersebut tersebut tidak disukai oleh konsumen atau tidak laku dijual. Disamping itu konsumen mengalami kesulitan untuk mengekspresikan keinginannya. Sebagai contoh sederhana untuk produk kue tart ulang tahun dapat ditunjukkan dalam Figure 2. Untuk mengambil keputusan membeli sebuah kue tart, konsumen secara sederhana akan mengekspresikan perasaan psikologisnya. Ekspresi ini bisa dalam ungkapan kata2 verbal seperti “Lezat juga nih kuenya”, atau “Wah harum nih kuenya”. Selain itu mungkin juga sebagai non-verbal yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata seperti apakah pengaruhnya jika konsumen berada dalam kondisi BETE (Istilah anak muda sekarang atau Bad Mood) pada saat dia ingin membeli kue tart tersebut?.
Figure 2. Contoh sederhana Kansei Engineering untuk Industri Kue Tart
Penjelasan sederhana untuk kue tart ini bertujuan untuk memudahkan pemahaman tentang Kansei engineering. Dengan menggunakan Kansei Engineering, industri menyadari bahwa kelezatan kue misalnya mungkin tergantung pada komposisi tepung terigu yang digunakan atau mood seorang konsumen kue tart sangat dipengaruhi warna hiasan kue, dan tingkat keharuman dipengaruhi oleh kadar essence buah dalam pembuatan kue. Merupakan sebuah kenyataan bahwa semua parameter ini akan menjadi berbeda untuk setiap kasus produk industri. Hal ini juga didukung oleh perasaan psikologis manusia akan persepsi kualitas produk yang selalu dinamis bergerak sepanjang waktu.

Desain Produk Berorientasi Perasaan Manusia

Desain produk yang berkualitas selalu menjadi persoalan klasik dalam sebuah industri. Disatu sisi, industri selalu mendesain sebuah produk dalam berbagai macam parameter kualitas yang komplek sedangkan disisi lain, konsumen memahami kualitas produk tersebut sebagai suatu sederhana, yang dia anggap berkualitas hanya jika itu memuaskan dirinya. Permasalahan ini menyebabkan industri sangat presisi dan tepat dalam menciptakan parameter proses produksi namun menjadi kurang presisi dalam menangkap perasaan psikologis konsumen akan produk tersebut. Dengan menggunakan perasaan psikologis manusia pada konsumen, maka industri akan memperoleh acuan yang sangat presisi dalam mendesain sebuah produk. Oleh karena itu Konsep Kansei Engineering mempunyai kemanfaatan yang sangat besar dalam menyatukan industri dan konsumen dalam sudut pandang yang sama.
Untuk menerjemahkan perasaan psikologis manusia sebagai parameter desain sebuah produk, diperlukan sebuah model atau representasi yang sangat presisi. Dalam beberapa riset, berbagai macam model telah dikembangkan seperti model  Kansei engineering untuk desain produk otomotif (Nagamachi, 1995), desain produk Wrist Watch (Ishihara et al., 1995), hingga pengembangannya di bidang teknologi informasi menggunakan software psikologi dengan pendekatan kepintaran buatan (Ujita and Murase, 2006), dan aplikasi produk industri pertanian menggunakan hybrid image pattern recognition dan kepintaran buatan (Ushada et al., 2007; Ushada and Murase, 2008).

Harapan akan datang

Krisis finasial global akhir-akhir ini telah menjadi sinyal yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk tetap berpegang pada kekuatan ekonomi nasional yang sebagian besar bertumpu pada pertanian. Begitu banyak hasil penelitian di bidang industri pertanian yang telah dilakukan, sedang berjalan dan akan terus ada penelitian-penelitian lain di masa depan, di dalam maupun di luar negeri. Oleh karena itu aplikasi Kansei engineering membuka peluang kerjasama inter-disiplin hasil2 penelitian ilmu dari Psikologi, Teknik Industri, Ilmu Hayati, Ilmu Sosial dan bidang lainnya untuk membangun desain-desain produk yang dapat memuaskan perasaan psikologis konsumen. Dengan demikian secara tidak langsung Kansei engineering sangat berpotensi untuk berkontribusi meningkatkan penjualan produk, pendapatan industri pertanian dan menggerakkan perekonomian nasional.

Daftar Pustaka

  1. Ishihara, S., M. Nagamachi, K. Ishihara. 1995. Neural networks kansei expert system for wrist watch design. Advances in Human Factors/Ergonomics Vol. 20 Part 1, pp 167-172
  2. Nagamachi, M. 1995. Kansei Engineering: A new ergonomic consumer-oriented technology for product development. International Journal of Industrial Ergonomics Vol.15 No.1, pp 3-11
  3. Ujita, Y. and H. Murase. 2007. FLASH software for Profile of Mood Status (POMS) (In Japanese). Institute for the Synergy of Arts and Sciences Vol.11 No.2
  4. Ushada, M.,  H. Murase, H. Fukuda. 2007. Non-destructive sensing and its inverse model for canopy parameters using texture analysis and artificial neural network. Computers and Electronics in Agriculture Vol.57 No.2, pp.149-165
  5. Ushada, M., H. Murase. 2008. Pattern extraction from human preferences reasoning using conditional probability co-occurrences matrix of texture analysis .Engineering in Agriculture, Environment and Food Vol. 1 No. 2, pp. 45-50

Comments

Popular posts from this blog

Hangar Provides A Playful Alternative To Store Clothes In The Closet With Style

Wait, don’t anticipate already the toy aircrafts that the kids are playing with can be found at the children section in Wal-Mart. In fact, even though they really look like one , but these are not just toy planes at all, however, the fun is surely an added bonus that your kids can enjoy. This cloth hanger is the outcome of the playful thought of Chetan Sorab, which can store clothes in the closet in a range of alternatives, most specially, with fun. Inspired from the shape of early World War aircrafts, the hanger has been designed with a funful appearance including an ergonomic handle that enables user to hook on other hangers, making a fleet of them carrying easier than ever. The variety of color will definitely give you the chance of being YOU and show others your taste of elegance. Designer : Chetan Sorab

Kanzen:Benih Motor Nasional

Adalah suatu ironi yang menyedihkan jika bangsa Indonesia yang mampu membuat pesawat terbang nasional tidak mampu membuat sebuah motor nasional sendiri. Selama puluhan tahun, industri dan pasar otomotif Indonesia dikuasai oleh vendor-vendor dari Jepang, tetapi hal itu tidak membuat bangsa Indonesia mampu mengembangkan teknologi otomotif secara mandiri malah semakin membuat bangsa ini semakin tergantung oleh teknologi dari Jepang. Memang transfer teknologi, sumber daya manusia kita memiliki kemampuan memproduksi komponen-komponen otomotif di dalam negeri sendiri, sayangnya hal itu untuk menyuplai kebutuhan komponen otomotif vendor Jepang di dalam negeri maupun di luar negeri. Indonesia tidak diperbolehkan membuat produk-produk otomotif dengan merek atau brand sendiri dengan menggunakan teknologi dari Jepang. Ini membuat tenaga-tenaga ahli otomotif kita hanya sebagai “buruh” bagi para vendor Jepang, bukan sebagai “majikan” di negerinya sendiri. Di samping itu, pemerintah tidak membuat

DASAR DESAIN PRODUK - STUDI HANDGRIP- UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA