Skip to main content

Jawabannya kita butuh pusat design nasional.

Perlu Ada Pusat Design Nasional  
Di tengah kesibukannya menjadi dosen di Institut Teknologi 10 November Surabaya, Rahardi Ramelan, mantan Menteri Perindustrian era orde baru berkesempatan hadir di area INACRAFT XI. Kehadiran Rahardi tak hanya sebagai pengunjung biasa yang mencari berbagai produk kerajinan yang dipamerkan.Tapi beliau ditunjuk oleh penyelenggara sebagai salah satu juri dalam penganugerahan INACRAFT AWARD 2009. Bagaimana pendapat beliau tentang INACRAFTXI, berikut petikan wawancara
INACRAFT Daily bersama Rahardi yang kini berprofesi sebagai pengamat kerajinan di Indonesia : 

Bagaimana menurut Anda prospek kerajinan Indonesia saat ini ?
Menurut saya pada pameran INACRAFT kali ini terdapat sedikit stagnansi dalam design produk para peserta. Jadi takada banyak perkembangan yang bisa diandalkan dalam c/es/gn-nya.Tapi walaupun demikian, kalau dilihat dari sisi craftmonsWpatau sisi pengerjaannya dan materialnya ada beberapa perkembangan yang cukup baik. Tapi sayang sekali design-nya masih lemah.  

Pandangan Anda tentang INACRAFT 2009?

Saya lihat pameran INACRAFT ini seperti bazaar. Menurut saya di penyelenggaraan selanjutnya harus dipisahkan. Kalau memang pameran, harus betul-betul mengemukakan suatu produk yang bagus, jangandisatukan denganjualan. Jadi mungkin harus ada tempat spesial, di mana barang-barang yang terbagus itu dipamerkan dan ituyang dilombakan.Tapi kalau sekarang ini belum tentu orang yang punya produksi bagus akan menonjolkan barangnya, takut dijiplak barangnya katanya.  
Bagaimana usulan Anda, supaya design kerajinan kita bisa bagus?
Sudah waktunya bangsa ini mempunyai semacam pusat design nasional.  

Bukankah kita sudah punya ?
Dulu memang ada, tepatnya di Departemen Perindustrian ketika saya masih menjabat sebagai menteri. Sebagai Menteri Perindustrian saya mencoba memulai dan membuat pusat design nasional, tapi sekarang terus menghilang tak karuan dan peranannya hampirtakada lagi sekarang.  

Sebaiknya gimana, apa perlu diadakan lagi ?
Kalau saya cenderung  jangan ada di bawah Departemen. Atau kalau memang ingin pusat design nasional itu di pemerintahan, kalau bisa diangkat lebih tinggi lah. Jadi betul-betul pusat design itu bisa benar-benar dikelola secara nasional. Karena kalau sudah di Departemen, maklum saja pengotakan di Indonesia ini terlalu keras, kalo benar menurut Menteri Perindustrian bisa Jadi berbeda dengan di Kementrian UMKN. Kemudian adalah, banyak sekali uang itu lari ke UMKM tapi tanpa koordinasi. Menteri BUMN mempunyai anggaran berapa persen dari laba untuk membantu UMKM dengan pinjaman.Tapi sayangnya hanya sekadar meminjamkan uang saja, tapi tanpa ada suatu pemikiran ataupun bimbingan untuk memperbaiki produk dan memperbaiki design. Hal itu juga dimiliki oleh menteri UMKN, Menteri Perindustrian-pun punya program yang sama. Saya kira sudah waktunya, beberapa program yang membantu craft dan dasarnya kerajinan masyarakatselalu mendapat perhatian yang lebih baik, dan masing-masing departemen saling berkoordinasi. Kalau tidaknantimerekajalan masing-masing.  

Menurut Anda apakah peserta INACRAFT sekarang justru lebih baik ?
Saya anggap tidak dalam hal design-nya. Peserta tidak menampilkan design-design baru. Hampir sama saja, tapi jutru agak berkurang. Ada sih satu atau duayang baik.Tapi itu belum mewakili betul-betul craft Indonesia yang baik. Atau belum mewakili ciri khas craft Indonesia.  

Kalau dilihat dari peserta luar negeri apa lebih baik?
Saya tadi sih sempat melihat, tapi saya tidak terlalu fokus ke mereka karena saya juri yang lebih fokus menilai produk-produkyang berasal dari dalam negeri.  

Usulan Anda supaya design produk kerajinan Indonesia lebih menarik?
Saya bukan ahlinya design, tapi saya lebih melihat design itu betul-betul bisa mewakili etnik Indonesia atau design disesuaikan dengan pasar global. Ini agak berbeda.  

Berarti dengan design yang stagnan, produk craft kita belum bisa menembus pasar global ?
Jawabannya kita butuh pusat design nasional.

Comments

Popular posts from this blog

Hangar Provides A Playful Alternative To Store Clothes In The Closet With Style

Wait, don’t anticipate already the toy aircrafts that the kids are playing with can be found at the children section in Wal-Mart. In fact, even though they really look like one , but these are not just toy planes at all, however, the fun is surely an added bonus that your kids can enjoy. This cloth hanger is the outcome of the playful thought of Chetan Sorab, which can store clothes in the closet in a range of alternatives, most specially, with fun. Inspired from the shape of early World War aircrafts, the hanger has been designed with a funful appearance including an ergonomic handle that enables user to hook on other hangers, making a fleet of them carrying easier than ever. The variety of color will definitely give you the chance of being YOU and show others your taste of elegance. Designer : Chetan Sorab

Kanzen:Benih Motor Nasional

Adalah suatu ironi yang menyedihkan jika bangsa Indonesia yang mampu membuat pesawat terbang nasional tidak mampu membuat sebuah motor nasional sendiri. Selama puluhan tahun, industri dan pasar otomotif Indonesia dikuasai oleh vendor-vendor dari Jepang, tetapi hal itu tidak membuat bangsa Indonesia mampu mengembangkan teknologi otomotif secara mandiri malah semakin membuat bangsa ini semakin tergantung oleh teknologi dari Jepang. Memang transfer teknologi, sumber daya manusia kita memiliki kemampuan memproduksi komponen-komponen otomotif di dalam negeri sendiri, sayangnya hal itu untuk menyuplai kebutuhan komponen otomotif vendor Jepang di dalam negeri maupun di luar negeri. Indonesia tidak diperbolehkan membuat produk-produk otomotif dengan merek atau brand sendiri dengan menggunakan teknologi dari Jepang. Ini membuat tenaga-tenaga ahli otomotif kita hanya sebagai “buruh” bagi para vendor Jepang, bukan sebagai “majikan” di negerinya sendiri. Di samping itu, pemerintah tidak membuat

DASAR DESAIN PRODUK - STUDI HANDGRIP- UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA