Skip to main content

Ergonomi pada Produk Dalam Negeri - Sebuah Jawaban Untuk Optimasi

Ergonomi pada Produk Dalam Negeri - Sebuah Jawaban Untuk Optimasi

Pernahkah anda menyadari akan susunan huruf yang ada pada keyboard anda? Bagaimana dan mengapa huruf “a” “s” “d” “f” terletak di sebelah kiri secara berurutan, sedangkan tombol spasi di bagian bawah? Mengapa tombol anak panah ada di sebelah kanan bawah, tidak ditaruh di tengah saja? Itu semua adalah hasil aplikasi dari ilmu ergonomi. Susunan huruf dibuat sedemikian rupa sehingga tombol huruf yang sering digunakan untuk menulis akan berada dalam jangkauan yang lebih dekat dari tangan kita. Tombol spasi diletakkan di bagian bawah dan ukurannya lebih luas disbanding yang lain karena tombol ini hampir selalu kita tekan setiap selesai menulis sebuah kata. Begitu juga dengan letak tombol panah yang mudah dijangkau tangan kanan, karena tangan kanan kita lebih sensitif sehingga memudahkan untuk mengarahkan pointer kita.

Contoh lain penerapan ilmu ergonomi di bidang teknologi ialah dalam pembuatan papan penunjuk jalan. Jika anda pernah memasuki jalan tol, maka anda akan sering melihat papan yang menunjukkan arah kepada suatu daerah tertentu. Yang menarik ialah mengapa warna yang digunakan pada tulisannya ialah warna putih di atas hijau? Hal ini tak terlepas dari apa yang disebut dalam ilmu ergonomi sebagai “visual display”. Warna hijau dan putih merupakan warna yang cukup kontras di siang hari, sehingga pengemudi akan dapat membaca papan jalan dengan lebih jelas. Sedangkan di malam hari, warna hijau akan terlihat berpandar, apalagi ditambah dengan pancaran sinar dari lampu mobil. Penggunaan visual display juga ada pada mesin fotokopi. Pada mesin ini, dapat dilihat bahwa tombol “start” terlihat paling besar. Selain itu, tombol “start” yang berwarna hijau dan tombol “off” yang berwarna merah menunjukkan kontrast yang berbeda dengan tombol-tombol lainnya. Sehingga pengguna mesin tak akan keliru menekan tombol karena tombol “start” dan”off” merupakan tombol yang penting dalam penggunaan mesin fotokopi.

Keyboard komputer, papan jalan, dan mesin fotokopi hanyalah sebagian contoh kecil dalam keilmuan ergonomi yang ada di sekitar kita. Saya coba ajukan lagi sebuah pertanyaan. Apakah ergonomi dapat membantu manusia agar dapat melakukan pekerjaannya dengan lebih cepat? Tentu jawabanyya adalah ya. Secara mikro, ergonomi membuat manusia menjadi lebih nyaman dalam melakukan suatu pekerjaan. Terlebih jika kita mengukurnya secara makro, maka akan didapat bahwa dalam suatu industri besar, terdapat mesin-mesin yang setiap dari mesin itu sudah dirangcang agar dapat melakukan suatu proses dengan baik dan cepat. Kita ambil contoh dalam industri pembuatan kertas. Disana terdapat berbagai mesin seperti mesin penghancur kayu, mesin pembuat bubur kertas, mesin pewarna kertas, mesin pengering, sampai mesin pemotong kertas. Apa jadinya bila salah satu mesin tersebut didesain tanpa adanya ilmu ergonomi? Misalnya pada mesin pengering yang tak didesain dengan baik sehingga pekerja yang menangani mesin tersebut tak tahu pada suhu berapa mesin tersebut bekerja. Mesin pengering yang seharusnya bekerja pada suhu 1000 C malah ter-set pada suhu 2000 C, sehingga kertas malah terbakar. Tentunya hal yang kecil ini (tak adanya indikator suhu pada mesin pengering) dapat menimbulkan efek domino dalam keseluruhan industri pembuatan kertas.

Yang perlu dievaluasi kembali sekarang ialah sebuah pertanyaan : apakah setiap benda yang kita pakai sudah didesain secara ergonomis? Jawabannya ialah tidak. Desain keyboard tadi misalnya, desain itu merupakan desain yang dirancang oleh orang-orang barat yang umumnya menggunakan bahasa inggris dalam kesehariannya. Sehingga susunan tombol yang ada pada keyboard kita merupakan desain yang belum tentu cocok dengan orang Indonesia. Hal ini dapat menimbulkan kalahnya kita dalam persaingan global antar negara. Contoh lain lagi ialah desain ketinggian meja kerja. Ketika orang Indonesia yang rata-rata tingginya dibawah rata-rat tinggi orang barat, sedangkan meja kerja yang dipakai didesain untuk orang barat, maka yang didapat saat bekerja ialah kekurangnyamanan, dan hal ini akan menurunkan kinerja pegawai yang menggunakan meja kerja ini.

Lalu, langkah apakah yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia? Jawabnya ialah membuat produk dan memakai produk dalam negeri. Produk dalam negeri didesain sesuai dengan kenyamanan tubuh penduduk Indonesia. dengan ilmu ergonomi, maka produk yang dibuat dapat membantu kinerja para pegawai dalam mengoptimasi pekerjaannya. Jika setiap pekerjaan kecil yang dilakukan sudah memberikan hasil yang optimal, lalu akumulasi pekerjaan-pekerjaan kecil itu ditempatkan dalam suatu sistem yang benar, maka akan terjadi sinergisasi yang akan membuat suatu sistem bekerja secara optimal.

Bayangkan jika keilmuan ergonomi diterapkan di setiap bidang kehidupan di Indonesia. dari mulai bidang pemerintahan sampai di bidang perindustrian. Maka visi Indonesia sebagai negara industri pun akan terakselerasi dengan baik.

Comments

Popular posts from this blog

Hangar Provides A Playful Alternative To Store Clothes In The Closet With Style

Wait, don’t anticipate already the toy aircrafts that the kids are playing with can be found at the children section in Wal-Mart. In fact, even though they really look like one , but these are not just toy planes at all, however, the fun is surely an added bonus that your kids can enjoy. This cloth hanger is the outcome of the playful thought of Chetan Sorab, which can store clothes in the closet in a range of alternatives, most specially, with fun. Inspired from the shape of early World War aircrafts, the hanger has been designed with a funful appearance including an ergonomic handle that enables user to hook on other hangers, making a fleet of them carrying easier than ever. The variety of color will definitely give you the chance of being YOU and show others your taste of elegance. Designer : Chetan Sorab

Kanzen:Benih Motor Nasional

Adalah suatu ironi yang menyedihkan jika bangsa Indonesia yang mampu membuat pesawat terbang nasional tidak mampu membuat sebuah motor nasional sendiri. Selama puluhan tahun, industri dan pasar otomotif Indonesia dikuasai oleh vendor-vendor dari Jepang, tetapi hal itu tidak membuat bangsa Indonesia mampu mengembangkan teknologi otomotif secara mandiri malah semakin membuat bangsa ini semakin tergantung oleh teknologi dari Jepang. Memang transfer teknologi, sumber daya manusia kita memiliki kemampuan memproduksi komponen-komponen otomotif di dalam negeri sendiri, sayangnya hal itu untuk menyuplai kebutuhan komponen otomotif vendor Jepang di dalam negeri maupun di luar negeri. Indonesia tidak diperbolehkan membuat produk-produk otomotif dengan merek atau brand sendiri dengan menggunakan teknologi dari Jepang. Ini membuat tenaga-tenaga ahli otomotif kita hanya sebagai “buruh” bagi para vendor Jepang, bukan sebagai “majikan” di negerinya sendiri. Di samping itu, pemerintah tidak membuat

DASAR DESAIN PRODUK - STUDI HANDGRIP- UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA