Skip to main content

Kemperin Promosikan "Micro Car" Produksi Dalam Negeri

(Berita Daerah - Nusa Tenggara) - Kementerian Perindustrian (Kemperin) mempromosikan "Micro Car" atau mobil mini produksi anak-anak dalam negeri di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk menarik minat masyarakat setempat untuk membelinya.

"Pasar mobil dalam negeri sebetulnya sangat besar, tetapi selama ini belum ada yang melirik. Kami dari Asosiasi Industri Automotive Nusantara (ASIA Nusa) punya pemikiran membuat "micro car" dengan kapasitas mesin di atas motor tetapi di bawah mobil pada umumnya," terang Ketua ASIA Nusa, Ir. H. Ibnu Susilo, di Mataram, Rabu.

Di sela kegiatan sosialisasi "micro car" oleh Direktorat Industri Alat Transportasi Darat dan Kedirgantaraan (DIATDK), Kementerian Perindustrian, Ibnu, mengemukakan, mobil mini dengan kapasitas mesin antara 500 CC hingga 1.000 CC, tersebut ditawarkan kepada masyarakat dengan harga maksimum Rp40 juta.

Menurut dia, mobil mini kini menjadi perhatian industri otomotif dalam negeri. Dengan desain sederhana dan lebih mengutamakan efisiensi bahan bakar dengan kapasitas mesin yang tidak besar, sehingga bisa diperoleh dengan harga murah oleh konsumen Indonesia.

"Mobil ini kita rancang sangat sederhana dan dengan harga yang terjangkau oleh konsumen dalam negeri yang membutuhkan kendaraan mobil untuk keperluan sehari-hari," katanya.

Ia menyebutkan, asosiasi ASIA Nusa, beranggotakan beberapa produsen antara lain Tawon, ITM, Borneo, Kancil, Fin Komodo, Wakaba, Docar, Arina dan GEA.

ASIA Nusa bertekad mengambil pangsa pasar konsumen menengah ke bawah. Namun, masih menghadapi kendala merek dagang luar negeri dan belum mempunyai agen tunggal pemegang merek (ATPM).

"Asia Nusa berupaya membuat otomotif lebih prinsipil, produksi Indonesia, desain dan ownernya pun Indonesia, sehingga ke depan, kita bisa membuka ATPM di seluruh dunia," kata Ibnu yang juga Presiden Direktur PT Fin Komodo Teknologi.

Ia juga berharap, industri mobil mini ini bisa mendapat perlindungan dari pemerintah. Di mana untuk pasar menengah ke bawah, produk luar tidak memasuki segmentasi pasar "micro car" buatan dalam negeri.

General Manajer PT Industri Nasional Kereta Api (INKA), Muh. Harsan Badawi, menjelaskan, segmentasi pasar yang dituju menganut prinsip 3K, yakni koperasi yang mempunyai usaha jasa angkutan, korporasi (perusahaan BUMN dan tambang) dan komoditas (angkutan hasil pertanian secara umum).

Menurut dia, "Micro Car" belum diarahkan untuk memasuki pasar umum atau bersaing dengan pasar industri otomotif yang sudah mapan. Namun, respon atas kendaraan ini cukup tinggi.

Untuk beberapa merek seperti Gulirkan Energi Alternatif (GEA) yang diproduksi dua tipe sudah menembus angka 500 unit.

"Mobil mini produksi anak negeri berangkat dari aspirasi buttom up kalangan perguruan tinggi, seperti Universitas Pasuruan dan Universitas Negeri Semarang," katanya.

Comments

Popular posts from this blog

Hangar Provides A Playful Alternative To Store Clothes In The Closet With Style

Wait, don’t anticipate already the toy aircrafts that the kids are playing with can be found at the children section in Wal-Mart. In fact, even though they really look like one , but these are not just toy planes at all, however, the fun is surely an added bonus that your kids can enjoy. This cloth hanger is the outcome of the playful thought of Chetan Sorab, which can store clothes in the closet in a range of alternatives, most specially, with fun. Inspired from the shape of early World War aircrafts, the hanger has been designed with a funful appearance including an ergonomic handle that enables user to hook on other hangers, making a fleet of them carrying easier than ever. The variety of color will definitely give you the chance of being YOU and show others your taste of elegance. Designer : Chetan Sorab

Kanzen:Benih Motor Nasional

Adalah suatu ironi yang menyedihkan jika bangsa Indonesia yang mampu membuat pesawat terbang nasional tidak mampu membuat sebuah motor nasional sendiri. Selama puluhan tahun, industri dan pasar otomotif Indonesia dikuasai oleh vendor-vendor dari Jepang, tetapi hal itu tidak membuat bangsa Indonesia mampu mengembangkan teknologi otomotif secara mandiri malah semakin membuat bangsa ini semakin tergantung oleh teknologi dari Jepang. Memang transfer teknologi, sumber daya manusia kita memiliki kemampuan memproduksi komponen-komponen otomotif di dalam negeri sendiri, sayangnya hal itu untuk menyuplai kebutuhan komponen otomotif vendor Jepang di dalam negeri maupun di luar negeri. Indonesia tidak diperbolehkan membuat produk-produk otomotif dengan merek atau brand sendiri dengan menggunakan teknologi dari Jepang. Ini membuat tenaga-tenaga ahli otomotif kita hanya sebagai “buruh” bagi para vendor Jepang, bukan sebagai “majikan” di negerinya sendiri. Di samping itu, pemerintah tidak membuat

DASAR DESAIN PRODUK - STUDI HANDGRIP- UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA