Skip to main content

Sebuah Pendekatan "Design Thinking" di Sekolah-sekolah Negeri Menurut Henry ford Learning Institute



Dorongan untuk mengajar pada abad 21 di sekolah-sekolah Amerika telah menjadi perdebatan yang hebat di antara para pengajar. Sementara para pemegang saham menerima pemikiran untuk menggabungkan antara inovasi dan creativitas ke dalam kurikulum harian, mereka tetap skeptis dalam hal pengaplikasian konsep tersebut di kelas : tidak ada yang yakin bagaimana untuk mengaplikasikan.

Hal ini mungkin dikarenakan pendekatan yang baru seperti design thinking, dapat diaplikasikan dalam banyak cara. Universitas-universitas, dari Rotman hingga Stanford, telah menyediakan beberapa cara yang bisa dikatakan sukses, dan sekarang beberapa sekolah dasar dan lanjut sudah mulai melakukan eksplorasi bagaimana design thinking dapat dimasukan ke dalam kurikulum mereka.

Sebuah lembaga nonprofit, Henry Ford Learning Institute adalah salah satu contohnya. HFLI sedang mengebangkan sebuah jaringan dari sekolah-sekolah negeri di Amerika yang mengajarkan keahlian profesional seiring dengan komunitas yang sedang mereka kembangkan tersebut. Untuk dapat membuat anak-anak di kelas 6-12 dapat berpikir layaknya seorang desainer, HFLI bekerja sama dengan IDEO. Tujuannya adalah memunculkan sebuah konsep untuk mengembangkan kurikulum yang mempertemukan kurikulum tradisional (standard) dengan pelajaran keahlian-keahlian yang berharga seperti kreativitas, kemampuan beradaptasi, empati dan kemampuan sintesis.

Tugas dari kolaborasi ini dimulai dengan bertanya : Bagaimana sebuah sekolah negeri mampu untuk memelihara inovasi dengan jelas? Bagaimana sistem ini mampu untuk meyakinkan para siswa? Seberapa banyak sistem ini melekat pada paradigma yang ada ? Untuk menjawab pertanyan-pertanyaan tersebut, IDEO dan HFLI mengumpulkan para ahli dari seluru penjuru Amerika untuk mengidentifikasi inti dari seorang penemu dan membayangkan konsep sekolah seperti apa yang dapat menghasilkan lulusan seorang inovator?

Ditulis ulang oleh : Freddy Chrisswantra 
Sumber :  http://www.ideo.com/work/a-design-thinking-approach-to-public-school/

Comments

asyraaf said…
Ayo om, terus nulis tentang desain, ane akan jadi pembaca setianya...

-sarapangranat

Popular posts from this blog

Hangar Provides A Playful Alternative To Store Clothes In The Closet With Style

Wait, don’t anticipate already the toy aircrafts that the kids are playing with can be found at the children section in Wal-Mart. In fact, even though they really look like one , but these are not just toy planes at all, however, the fun is surely an added bonus that your kids can enjoy. This cloth hanger is the outcome of the playful thought of Chetan Sorab, which can store clothes in the closet in a range of alternatives, most specially, with fun. Inspired from the shape of early World War aircrafts, the hanger has been designed with a funful appearance including an ergonomic handle that enables user to hook on other hangers, making a fleet of them carrying easier than ever. The variety of color will definitely give you the chance of being YOU and show others your taste of elegance. Designer : Chetan Sorab

Kanzen:Benih Motor Nasional

Adalah suatu ironi yang menyedihkan jika bangsa Indonesia yang mampu membuat pesawat terbang nasional tidak mampu membuat sebuah motor nasional sendiri. Selama puluhan tahun, industri dan pasar otomotif Indonesia dikuasai oleh vendor-vendor dari Jepang, tetapi hal itu tidak membuat bangsa Indonesia mampu mengembangkan teknologi otomotif secara mandiri malah semakin membuat bangsa ini semakin tergantung oleh teknologi dari Jepang. Memang transfer teknologi, sumber daya manusia kita memiliki kemampuan memproduksi komponen-komponen otomotif di dalam negeri sendiri, sayangnya hal itu untuk menyuplai kebutuhan komponen otomotif vendor Jepang di dalam negeri maupun di luar negeri. Indonesia tidak diperbolehkan membuat produk-produk otomotif dengan merek atau brand sendiri dengan menggunakan teknologi dari Jepang. Ini membuat tenaga-tenaga ahli otomotif kita hanya sebagai “buruh” bagi para vendor Jepang, bukan sebagai “majikan” di negerinya sendiri. Di samping itu, pemerintah tidak membuat

DASAR DESAIN PRODUK - STUDI HANDGRIP- UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA