Skip to main content

Bluetooth 4.0 as a prototyping tool




Ketika iPhone 4S diluncurkan pada Oktober tahun lalu, di dalam sudah terpasang fitur yang belum sepenuhnya digunakan secara optimal oleh usernya. Fitur ini, adalah Bluetooth 4.0 atau juga yang dikenal sebagai Bluetooth dengan konsumsi energi rendah. Fitur ini juga dapat ditemukan dibeberapa produk Apple seperti iPad 3 dan MacBook Air. Berbeda dari versi Bluetooth yang sebelumnya, fitur ini memiliki beberapa keuntungan yang menjadikan fitur ini ideal bagi beberapa aplikasi:
  1. Konsumsi energi yang benar-benar rendah. Seberapa rendah? Bluetooth 4.0 mengkonsumsi setengah energi ketika sedang aktif dan 1/100 ketika posisi stand by.
  2. Proses penggabungan pada aplikasi yang mudah dan cepat sekitar 0.1 detik bukan 2 detik. Hanya cukup menekan tombol aplikasinya Anda sudah bisa menggunakannnya.
  3. Ketika sudah terhubung, perangkat Bluetooth ini dapat "membangunkan" iPhone atau iPad hanya dengan menggunakan notifikasi pop up, bahkan fitur ini dapat digunakan ketika aplikasi ini di backgroound. Hal ini dapat perubahan kebiasaan yang signifikan bagi penggunakan perangkat Bluetooth.
  4. Transfer data tidak lagi tergantung pada profil Bluetooth yang lama, sambungan internet yang dapat diandalkan, konektor headphone, MFi program yang mahal.
Semakin banyak kita memperbincangkan ini dengan kolega kita, semakin kita sadar bahwa betapa bergunanya fitur ini untuk sambungan wireless yang cepat, komunikasi jarak dekat, hanya dengan menggunakan fitur ini.

Ditulis oleh : Freddy Chrisswantra
Sumber : http://labs.ideo.com

Comments

Popular posts from this blog

Indonesia Ditipu Jepang: Kijang Innova Akan Dipasok dari India?

Dari semua produk line up PT Toyota Astra Motor (TAM), Kijang, Avanza, Rush, dan Fortuner yang diproduksi di Indonesia. Bahkan Kijang dikenal sebagai mobil kebanggan keluarga Indonesia, ketika pertama kali di release pada 1977 masih berupa pikap dan kini menjadi multi purpose vehicle (MPV) berkelas, konon tidak lagi diproduksi di dalam negeri. Malah akan diimpor dari luar. Hal itu mungkin saja, mengingat adanya perjanjian perdagangan bebas (free trade area/FTA) antara negara di kawasan Asean dengan India yang telah ditandatangani 13 Agustus 2009 lalu. Isinya, di antaranya adanya penurunan tarif impor produk (impor duty) untuk beberapa produk hingga nol persen berlaku antara 2013 hingga 2016. Salah satunya, otomotif. Imbasnya, mulai tumbuh wacana kemungkinan Kijang Innova akan dipasok dari India untuk pasar Indonesia. Hal ini diutarakan Wakil Presiden Direktur TAM Shinji Fujii saat bincang-bincangnya bersama KOMPAS.com, akhir pekan lalu. "Ini baru kemungkinan. Tapi kami akan ber...

Mimpi-mimpi benua Eropa dari Paris Motor Show

Mondial de l'Automobile 2012: Concept Cars Mimpi-mimpi benua Eropa dari Paris Motor Show Oleh Evan Orensten pada 3 Oktober 2012 Paris motor show 2012 mempersembahkan dan memaksa para pembuat mobil untuk melenturkan kembali otot-otot desain mereka pada bukan hanya pada sisi produksi tapi juga dalam hal berkonsep. Inilah dia 7 model favorit yang dianggap cukup mewakili imajinasi bangsa-bangsa Eropa. Peugeot Onyx Sebuah konsep yang nyata—hadir untuk menjadi topik pembicaraan, namun nampaknya tidak akan diproduksi dalam waktu dekat ini.—Peugeot's Onyx   terbuat dari bahan tembaga, serat karbon, dan daur ulang koran. The Onyx dibayangkan menjelma menjadi supercar hybrid yang super ringan, namun dibekali mesin V8 demi melejitkan 600 tenaga kuda. Peugeot juga berkiblat lebih jauh lagi, dengan tidak hanya menhabiskan waktu di automobile tapi juga menggugah eksplorasi di dunia transportasi dua roda. eDL 132 disinyalir ditempel oleh batere tersembunyi dan mo...

Kanzen:Benih Motor Nasional

Adalah suatu ironi yang menyedihkan jika bangsa Indonesia yang mampu membuat pesawat terbang nasional tidak mampu membuat sebuah motor nasional sendiri. Selama puluhan tahun, industri dan pasar otomotif Indonesia dikuasai oleh vendor-vendor dari Jepang, tetapi hal itu tidak membuat bangsa Indonesia mampu mengembangkan teknologi otomotif secara mandiri malah semakin membuat bangsa ini semakin tergantung oleh teknologi dari Jepang. Memang transfer teknologi, sumber daya manusia kita memiliki kemampuan memproduksi komponen-komponen otomotif di dalam negeri sendiri, sayangnya hal itu untuk menyuplai kebutuhan komponen otomotif vendor Jepang di dalam negeri maupun di luar negeri. Indonesia tidak diperbolehkan membuat produk-produk otomotif dengan merek atau brand sendiri dengan menggunakan teknologi dari Jepang. Ini membuat tenaga-tenaga ahli otomotif kita hanya sebagai “buruh” bagi para vendor Jepang, bukan sebagai “majikan” di negerinya sendiri. Di samping itu, pemerintah tidak membuat ...