Skip to main content

First Look: Rolls-Royce 200EX




Rolls-Royce coyly calls this the 200EX, saying it's merely a concept that shows the design direction for an as yet unnamed smaller, less expensive sedan designed to sell alongside the stately Phantom. But the production version of this car, code-named RR4, will look virtually identical.
The RR4 will feature the third evolution of Rolls-Royce's now familiar headlight graphic, first seen on the BMW-designed Phantom, and a variation on the laid-back grille treatment that debuted on the Phantom coupe and convertible. With a 'faster' backlight and C-pillar, and convex bodyside, it's a much more rakish looking sedan than the Phantom, though at 212.6in long and 61in tall, it's still an imposing car.

Despite rumors the RR4 would be heavily based on the new BMW 7-series, Rolls-Royce says the car has a unique unibody "which is not shared with any other vehicle". The RR4's proportions, cowl height, and door apertures are totally different to those of the new 7-series; if the two cars share any metal, it's buried very deep in the structure. The body will be built at BMW's Dingolfing plant in Germany, then shipped to the purpose-built Rolls-Royce plant in Goodwood, England, for painting, trimming, and final assembly. BMW has added a mezzanine floor to the plant for the trim and wood shops, to create extra room for the RR4 line.
BMW says 80 percent of RR4's components are unique to Rolls-Royce. Under the hood will be an all-new direct injection V-12 engine, unique to Rolls-Royce and made exclusively for Rolls-Royce by BMW. It's said to have twin-turbos, enabling it to deliver 550hp and relatively good gas mileage. The RR4 may also get the forthcoming ZF eight speed automatic transmission, which is said to deliver a six percent improvement in fuel economy compared with a six speed auto.





Comments

Popular posts from this blog

Indonesia Ditipu Jepang: Kijang Innova Akan Dipasok dari India?

Dari semua produk line up PT Toyota Astra Motor (TAM), Kijang, Avanza, Rush, dan Fortuner yang diproduksi di Indonesia. Bahkan Kijang dikenal sebagai mobil kebanggan keluarga Indonesia, ketika pertama kali di release pada 1977 masih berupa pikap dan kini menjadi multi purpose vehicle (MPV) berkelas, konon tidak lagi diproduksi di dalam negeri. Malah akan diimpor dari luar. Hal itu mungkin saja, mengingat adanya perjanjian perdagangan bebas (free trade area/FTA) antara negara di kawasan Asean dengan India yang telah ditandatangani 13 Agustus 2009 lalu. Isinya, di antaranya adanya penurunan tarif impor produk (impor duty) untuk beberapa produk hingga nol persen berlaku antara 2013 hingga 2016. Salah satunya, otomotif. Imbasnya, mulai tumbuh wacana kemungkinan Kijang Innova akan dipasok dari India untuk pasar Indonesia. Hal ini diutarakan Wakil Presiden Direktur TAM Shinji Fujii saat bincang-bincangnya bersama KOMPAS.com, akhir pekan lalu. "Ini baru kemungkinan. Tapi kami akan ber...

Mimpi-mimpi benua Eropa dari Paris Motor Show

Mondial de l'Automobile 2012: Concept Cars Mimpi-mimpi benua Eropa dari Paris Motor Show Oleh Evan Orensten pada 3 Oktober 2012 Paris motor show 2012 mempersembahkan dan memaksa para pembuat mobil untuk melenturkan kembali otot-otot desain mereka pada bukan hanya pada sisi produksi tapi juga dalam hal berkonsep. Inilah dia 7 model favorit yang dianggap cukup mewakili imajinasi bangsa-bangsa Eropa. Peugeot Onyx Sebuah konsep yang nyata—hadir untuk menjadi topik pembicaraan, namun nampaknya tidak akan diproduksi dalam waktu dekat ini.—Peugeot's Onyx   terbuat dari bahan tembaga, serat karbon, dan daur ulang koran. The Onyx dibayangkan menjelma menjadi supercar hybrid yang super ringan, namun dibekali mesin V8 demi melejitkan 600 tenaga kuda. Peugeot juga berkiblat lebih jauh lagi, dengan tidak hanya menhabiskan waktu di automobile tapi juga menggugah eksplorasi di dunia transportasi dua roda. eDL 132 disinyalir ditempel oleh batere tersembunyi dan mo...

Kanzen:Benih Motor Nasional

Adalah suatu ironi yang menyedihkan jika bangsa Indonesia yang mampu membuat pesawat terbang nasional tidak mampu membuat sebuah motor nasional sendiri. Selama puluhan tahun, industri dan pasar otomotif Indonesia dikuasai oleh vendor-vendor dari Jepang, tetapi hal itu tidak membuat bangsa Indonesia mampu mengembangkan teknologi otomotif secara mandiri malah semakin membuat bangsa ini semakin tergantung oleh teknologi dari Jepang. Memang transfer teknologi, sumber daya manusia kita memiliki kemampuan memproduksi komponen-komponen otomotif di dalam negeri sendiri, sayangnya hal itu untuk menyuplai kebutuhan komponen otomotif vendor Jepang di dalam negeri maupun di luar negeri. Indonesia tidak diperbolehkan membuat produk-produk otomotif dengan merek atau brand sendiri dengan menggunakan teknologi dari Jepang. Ini membuat tenaga-tenaga ahli otomotif kita hanya sebagai “buruh” bagi para vendor Jepang, bukan sebagai “majikan” di negerinya sendiri. Di samping itu, pemerintah tidak membuat ...