Skip to main content

Industri Dalam Negeri RI Masih Kalah Saing

JAKARTA - Pertumbuhan sektor industri dalam negeri masih terbilang kalah apabila dibandingkan dengan negara lainnya, terutama Taiwan, Thailand, Singapura, dan Korea Selatan (Korsel).

"Di beberapa negara lain, bisa tumbuh antara 19 persen sampai 35 persen. Di Asia, mereka bisa mengatasi krisis. Februari 2010, Taiwan tumbuh 35 persen, Thailand 30 persen, Singapura, dan Korsel tumbuh 19 persen," kata Ekonom Sri Adiningsih saat dihubungi, di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, angka pencapaian pertumbuhan empat persen yang ditargetkan masih sangat sulit direalisasikan. "Pertumbuhan industri di Indonesia masih sangat rendah. Angka empat persen saja masih sangat sulit," ujarnya.

Maka dari itu, Sri mengharapkan, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bisa mencari solusi untuk mendukung industri dalam negeri. "Kemenperin harus mencari solusi untuk mendukung industri domestik. Agar Indonesia enggak ketinggalan dari negara lain dan tidak semakin tenggelam," imbuhnya.

Sri menuturkan, apabila pertumbuhan industri dalam negeri menurun, maka tenaga kerja yang terserap dan pertumbuhan ekonomi juga akan ikut turun. "Sektor industri mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan," tuturnya.

Dia menjelaskan, banyak masalah klasik yang dapat menghambat pertumbuhan industri dalam negeri, misalnya tarif dasar listrik (TDL), infrastruktur, dan ancaman produk China.

"TDL itu hanya menjadi salah satu penghambat. Masalah klasik lainnya adalah infrastruktur, pungutan mafia pajak, sistem birokrasi, dan ancaman produk China yang akan semakin besar," kata Sri.

Rencana kenaikan TDL, menurutnya bisa membebani industri dalam negeri. "Dunia usaha jangan diberikan beban terus. Tapi seharusnya didukung agar kompetitif. Jangan sampai, TDL-nya enggak kompetitif," tukasnya

Comments

Popular posts from this blog

Indonesia Ditipu Jepang: Kijang Innova Akan Dipasok dari India?

Dari semua produk line up PT Toyota Astra Motor (TAM), Kijang, Avanza, Rush, dan Fortuner yang diproduksi di Indonesia. Bahkan Kijang dikenal sebagai mobil kebanggan keluarga Indonesia, ketika pertama kali di release pada 1977 masih berupa pikap dan kini menjadi multi purpose vehicle (MPV) berkelas, konon tidak lagi diproduksi di dalam negeri. Malah akan diimpor dari luar. Hal itu mungkin saja, mengingat adanya perjanjian perdagangan bebas (free trade area/FTA) antara negara di kawasan Asean dengan India yang telah ditandatangani 13 Agustus 2009 lalu. Isinya, di antaranya adanya penurunan tarif impor produk (impor duty) untuk beberapa produk hingga nol persen berlaku antara 2013 hingga 2016. Salah satunya, otomotif. Imbasnya, mulai tumbuh wacana kemungkinan Kijang Innova akan dipasok dari India untuk pasar Indonesia. Hal ini diutarakan Wakil Presiden Direktur TAM Shinji Fujii saat bincang-bincangnya bersama KOMPAS.com, akhir pekan lalu. "Ini baru kemungkinan. Tapi kami akan ber...

Mimpi-mimpi benua Eropa dari Paris Motor Show

Mondial de l'Automobile 2012: Concept Cars Mimpi-mimpi benua Eropa dari Paris Motor Show Oleh Evan Orensten pada 3 Oktober 2012 Paris motor show 2012 mempersembahkan dan memaksa para pembuat mobil untuk melenturkan kembali otot-otot desain mereka pada bukan hanya pada sisi produksi tapi juga dalam hal berkonsep. Inilah dia 7 model favorit yang dianggap cukup mewakili imajinasi bangsa-bangsa Eropa. Peugeot Onyx Sebuah konsep yang nyata—hadir untuk menjadi topik pembicaraan, namun nampaknya tidak akan diproduksi dalam waktu dekat ini.—Peugeot's Onyx   terbuat dari bahan tembaga, serat karbon, dan daur ulang koran. The Onyx dibayangkan menjelma menjadi supercar hybrid yang super ringan, namun dibekali mesin V8 demi melejitkan 600 tenaga kuda. Peugeot juga berkiblat lebih jauh lagi, dengan tidak hanya menhabiskan waktu di automobile tapi juga menggugah eksplorasi di dunia transportasi dua roda. eDL 132 disinyalir ditempel oleh batere tersembunyi dan mo...

Kanzen:Benih Motor Nasional

Adalah suatu ironi yang menyedihkan jika bangsa Indonesia yang mampu membuat pesawat terbang nasional tidak mampu membuat sebuah motor nasional sendiri. Selama puluhan tahun, industri dan pasar otomotif Indonesia dikuasai oleh vendor-vendor dari Jepang, tetapi hal itu tidak membuat bangsa Indonesia mampu mengembangkan teknologi otomotif secara mandiri malah semakin membuat bangsa ini semakin tergantung oleh teknologi dari Jepang. Memang transfer teknologi, sumber daya manusia kita memiliki kemampuan memproduksi komponen-komponen otomotif di dalam negeri sendiri, sayangnya hal itu untuk menyuplai kebutuhan komponen otomotif vendor Jepang di dalam negeri maupun di luar negeri. Indonesia tidak diperbolehkan membuat produk-produk otomotif dengan merek atau brand sendiri dengan menggunakan teknologi dari Jepang. Ini membuat tenaga-tenaga ahli otomotif kita hanya sebagai “buruh” bagi para vendor Jepang, bukan sebagai “majikan” di negerinya sendiri. Di samping itu, pemerintah tidak membuat ...