Surabaya,(APIndonesia.Com).Perkembangan desain otomotif dalam satu abad ini sangat pesat. Perkembangan desain ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya, kebutuhan, hingga gaya fashion yang ada di jamannya. Berbagai macam pengaruh desain otomotif ini dibahas dalam acara Be A Professional Automotive Designer di rektorat ITS, Selasa (8/4).
‘’Desain harus bisa menjawab tantangan jaman dan memperhitungkan kondisi pasar,’’terang praktisi industri Dr Yono Reksodiprodjo,ST,DIC CISMSA. Karena itu, desainer harus mampu membaca budaya, gaya, dan kebutuhan masyakarat saat ini dan dalam jangka waktu tertentu.
Dia mencontohkan polling car of the century yang dirilis www.cotc.com, yaitu Mini, Citroen DS, VW Beetle, dan Porshe 911. “Semua desainer pasti ingin desainnya menjadi car of the century, dan memang garis desain mobil-mobil lawas ini masih enak untuk dilihat hingga sekarang,’’paparnya.
Salah satu aspek yang penting dalam mendesain otomotif adalah mencermati perkembangan fashion. “Jangan abaikan gaya busana saat mendesain otomotif,”paparnya. Pria yang pernah menjabat sebagai tenaga ahli di Roll Royce London tersebut mencontohkan perkembangan desain otomotif dari era Pra Perang Dunia (PD) pertama hingga era 2000an.
Yono menjelaskan pada masa pra PD I tersebut, desain otomotif yang ada menyerupai kereta. ’’Saat itu mesin diciptakan untuk menggantikan kuda sebagai penarik kereta,’’ujar alumnus Naval Architecture UI tersebut. Maka tak heran jika desain otomotif saat itu mengadopsi bentuk-bentuk kereta kuda.
Otomotif yang tak beratap juga berkembang pesat di jaman ini. Alasannya tak dapat dipisahkandari dunia fashion. ’’Orang di era itu menggunakan topi-topi tinggi, wanita juga demikian. Jadi memang diperlukan desain otomotif yang terbuka,’’tambahnya.
Sementara, kondisi perang dunia dua juga mau tak mau berpengaruh terhadap desain otomotif di jaman itu. Desain yang lebih praktis, mobilitas lebih cepat, tak kenal medan, hingga kendaraan berlapis baja mulai berkembang di era ini. Di era 50an, desain yang ada cenderung lebih bebas. ’’Perang sudah selesai. Fashionnya pun jauh lebih simple,’’ujarnya. Di era inilah safety on car mulai diperhitungkan. Teknologi seatbelt dan airbag banyak diuji cobakan.
Perkembangan dunia film juga berpengaruh terhadap desain otomotif. Film dan fashion merupakan salah satu bentuk eksplorasi budaya yang berkembang di kurun waktu tersebut. ’’Lihat saja di dekade 60an. Film yang terkenal James Bond dan desain otomotif saat itu berkembang model-model mobil sport,’’tuturnya.
Satu hal yang tak kalah penting adalah energi otomotif itu sendiri. Di era 70an, terjadi krisis bahan bakar minyak yang pertama. Hal tersebut mendorong para desainer otomotif untuk menciptakan mobil-mobil hemat energi berbahan diesel. ’’Produknya juga lebih kecil, tidak lagi harus berukuran besar,’’lanjut pria kelahiran Jakarta, 14 Agustus 1962 ini.
Meski begitu, Yono berpesan agar tidak takut-takut dalam mendesain dan menuangkan ide. Sebab, desain seburuk apapun dapat dilakukan perbaikan desain. Seperti yang dilakukan pada mobil Dodge Rampage dan Suzuki X90. Kedua mobil yang termasuk dalam 10 desain terburuk sepanjang sejarah ini dapat di ”make over” hingga menjadi menawan. Dodge Rampage yang semula terkesan kaku setelah perbaikan desain malah menuai pujian. Begitu pula dengan Suzuki X90 yang bertranformasi lebih cantik menjadi 2nd Gen Grand Vitara di tangan desainer Italia.
Selain Yono, hadir sebagai pembiacara dalam seminar ini Presiden Asosiasi Desain Produk Industri Indonesia Mizan Allan de Neve, Praktisi Desain Ridwan Kamil dan Dr. Agus Windarto DEA. (edo)
Comments